Asal Usul Nama Sumenep (Kabupaten Sumenep – Madura)
Sumenep adalah nama Salah Satu Kabupaten Yang Berada Di Ujung Paling Timur Pulau Madura, yang sekaligus Merupakan Salah Satu Kadipaten Yang Paling Berpangaruh atas Lahirnya Kerajaan Majapahit. Tentu Berdirinya Kota Ini Tidak Luput Dari Salah Satu Nama Tokoh Yang Sangat Bijaksana “Arya Wirarajaâ€.
Sebutan kata “Sumenep†sampai saat ini masih terdapat perbedaan dalam memaknainya. Di kalangan kelompok terpelajar dan tinggal di sekitar pusat kabupaten Sumenep, umumnya menyebut dengan kata Sumenep. Sedangkan masyarakat yang tinggal di pedesaan, menyebutnya dengan kata “Songennepâ€. Mengingat sumber Pararaton adalah sumber tertua yang mencantum kata Songennep, makin menguatkan dugaan bahwa kata Songennep dikenal atau lahir lebih awal daripada sebutan Sumenep. Bukti-bukti yang mendukung antara lain:
1. Sebutan Songennep lebih banyak dipakai atau dikenal oleh sebagian besar penduduk
kabupaten Sumenep.
2. Pengarang buku sejarah dari Madura R. Werdisastro menggunakan istilah Songennep
seperti “Babad Songennepâ€.
3. Penyebutan nama Sumenep yang muncul kemudian kurang populer di masyarakat
pedesaan Sumenep (80% dari jumlah penduduk kabupaten Sumenep tinggal di desa).
Sebutan kata “Sumenep†sampai saat ini masih terdapat perbedaan dalam memaknainya. Di kalangan kelompok terpelajar dan tinggal di sekitar pusat kabupaten Sumenep, umumnya menyebut dengan kata Sumenep. Sedangkan masyarakat yang tinggal di pedesaan, menyebutnya dengan kata “Songennepâ€. Mengingat sumber Pararaton adalah sumber tertua yang mencantum kata Songennep, makin menguatkan dugaan bahwa kata Songennep dikenal atau lahir lebih awal daripada sebutan Sumenep. Bukti-bukti yang mendukung antara lain:
1. Sebutan Songennep lebih banyak dipakai atau dikenal oleh sebagian besar penduduk
kabupaten Sumenep.
2. Pengarang buku sejarah dari Madura R. Werdisastro menggunakan istilah Songennep
seperti “Babad Songennepâ€.
3. Penyebutan nama Sumenep yang muncul kemudian kurang populer di masyarakat
pedesaan Sumenep (80% dari jumlah penduduk kabupaten Sumenep tinggal di desa).
Perubahan dari Songennep menjadi Sumenep
Perubahan dari Songennep menjadi Sumenep terjadi pada masa penjajahan
Belanda, permulaan abad XVIII (1705). Belanda sudah memulai peran dalam
menentukan politik kekuasaan pemerintahan di Madura termasuk Sumenep.
Pada awal abad XVIII Belanda mengubah sebutan Songennep menjadi Sumenep, terbukti dengan adanya bterbitan Belanda pada masa itu telah menggunakan sebutan nama Sumenep. Perubahan tersebut didasari oleh beberapa hal, antara lain:
1. Menurut tata bahasa, hal ini dilakukan oleh Belanda untuk penyesuaian atau kemudahan
dalam pengucapan agar lebih sesuai dengan aksen Belanda. Bagi mereka lebih mudah mengucapkan Sumenep daripada melafalkan Songennep.
2. Untuk menanamkan penngaruhnya, pihak Belanda merasa perlu mengadakan perubahan
nama Songennep menjadi Sumenep. Sebagai komparasi nama kata Jayakarta diubah menjadi Batavia, dll.
Pada awal abad XVIII Belanda mengubah sebutan Songennep menjadi Sumenep, terbukti dengan adanya bterbitan Belanda pada masa itu telah menggunakan sebutan nama Sumenep. Perubahan tersebut didasari oleh beberapa hal, antara lain:
1. Menurut tata bahasa, hal ini dilakukan oleh Belanda untuk penyesuaian atau kemudahan
dalam pengucapan agar lebih sesuai dengan aksen Belanda. Bagi mereka lebih mudah mengucapkan Sumenep daripada melafalkan Songennep.
2. Untuk menanamkan penngaruhnya, pihak Belanda merasa perlu mengadakan perubahan
nama Songennep menjadi Sumenep. Sebagai komparasi nama kata Jayakarta diubah menjadi Batavia, dll.
Nama Sumenep menjadi baku di kalangan pemerintahan, karena setelah
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, nama kabupaten ini disebut
dengan nama kabupaten Sumenep.
Arti Kata Nama Songennep
Dalam kenyatannya menjadi jelas bahwa kata Songennep adalah nama asal
pada masa kuno. Songennep menurut arti etimologis (asal-usul kata),
yaitu :
1. Song berarti relung, geronggang (bahasa Kawi), Ennep berarti mengendap (tenang). Jadi, Songennep berarti lembah bekas endapan yang tenang.
2. Song berarti sejuk, rindang, payung. Ennep berarti mengendap (tenang).
Jadi, Songennep berarti lembah endapan yang sejuk dan rindang.
3. Song berarti relung atau cekungan. Ennep berarti tenang.
Jadi, Songennep berarti lembah, cekungan yang tenang atau sama dengan pelabuhan yang tenang.
2. Song berarti sejuk, rindang, payung. Ennep berarti mengendap (tenang).
Jadi, Songennep berarti lembah endapan yang sejuk dan rindang.
3. Song berarti relung atau cekungan. Ennep berarti tenang.
Jadi, Songennep berarti lembah, cekungan yang tenang atau sama dengan pelabuhan yang tenang.
Setelah menelaah sebutan Sonegennep dari arti katanya (etimologi). Beberapa pendapat yang berkembang di masyarakat Sumenep mengenai artian kata Songennep :
- Songennep berasal dari kata-kata Moso ngenep. Moso dalam bahasa Madura berarti lawan atau musuh, Ngenep berarti bermalam. Jadi, Songennep berarti lawan atau musuh menginap atau bermalam. Cerita mengenai asal-usul nama “Songennep†berdasarkan versi ini sangat popular di lingkungan masyarakat Sumenep. Cerita atau pendapat ini dihubungkan dengan suatu peristiwa bersejarah di Sumenep tahun 1750, yaitu saat diserangnya dan didudukinya keraton Sumenep oleh Ke Lesap yang berhasil menaklukkan Sumenep dan selama 1/2 bulan tinggal di keraton Sumenep. Karena peristiwa tersebut, maka dinamakan Moso Ngenep yang artinya musuh bermalam. Cerita ini tentunya tidak benar, sebab kitab Pararaton yang ditulis tahun 1475-1485 sudah menuliskan nama Songennep. Ini berarti nama Songennep sudah lahir sebelum Ke Lesap menyerang Sumenep.
- Songennep berasal dari kata-kata Ingsun Ngenep. Ingsun artinya saya, sedangkan Nginep artinya bermalam. Jadi Songennep berarti saya bermalam. Pendapat ini kurang popular di kalangan rakyat dibandingkan dengan versi lainnya. Ada orang yang menghubungkan dengan peristiwa ini dengan kejadian 700 tahunyang lalu, ketika Raden Wijaya mengungsi ke Madura akibat dikejar-kejar Jayakatwang.
- Kemudian berkembang di kalangan masyarakat. Pendapat-pendapat kependekan asal kata Songennep, seperti Songennep berasal dari kata Ngaso Nginep, Songennep berasal dari kata Lesso Nginep, Songennep berasal dari kata Napso Nginep. Pendapat ini hanya sekedar permainan kata yang tidak didukung dengan peristiwa yang melatar belakanginya.
Asal Usul Berdirinya Kabupaten Sumenep (Kadipaten Sumenep)
Saat itu Kadipaten Sumenep berada dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari,
dengan penguasanya Raja Kertanegara. Dengan demikian Arya Wiraraja
dilantik oleh Raja Kertanegara, sehingga sumber prasasti yang
berhubungan dengan Raja Kertanegara dijadikan rujukan bagi penetapan
Hari Jadi Kabupaten Sumenep. Sumber prasasti yang dapat dijadikan
sebagai rujukan adalah prasasti berikut ini :
1. Prasasti Mua Manurung dari Raja Wisnuwardhana berangkat tahun 1255 M.
2. Prasasti Kranggan (Sengguruh) dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1356 M.
3. Prasasti Pakis Wetan dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1267 M.
4. Prasasti Sarwadharma dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1269 M.
Sedangkan sumber naskah (manuskrip) yang digunakan untuk menelusuri lebih lanjut tokoh Arya Wiraraja, adalah manuskrip berikut :
1. Naskah Nagakertagama karya Rakawi Prapanca pada tahun 1365 M.
2. Naskah Peraraton di tulis ulang tahun 1631 M.
3. Kidung Harsa Wijaya.
4. Kidung Ranggalawe.
5. Kidung Pamancangan.
6. Kidung Panji Wijayakramah.
7. Kidung Sorandaka.
Dari sumber sejarah tersebut, maka sumber sejarah Prasasti Sarwadharma yang lengkapnya berangkat tahun 31 Oktober 1269 M, merupakan sejarah yang sangat signifikan dan jelas menyebutkan bahwa saat itu Raja Kertanegara telah menjadi Raja Singosari yang berdaulat penuh dan berhak mengangkat seorang Adipati.
Prasasti Sarwadharma dari Raja Kertanegara di Desa Penampihan lereng barat Gunung Wilis Kediri. Prasasti ini tidak lagi menyebut perkataan makamanggalya atau dibawah pengawasan. Artinya saat itu Raja Kertanegara telah berkuasa penuh, dan tidak lagi dibawah pengawasan ayahandanya Raja Wisnuwardhana telah meninggal tahun 1268 M.
Prasasti Sarwadharma berisi penetapan daerah menjadi daerah suatantra (berhak mengurus dirinya sendiri) dan lepas dari pengawasan wilayah thani bala (nama wilayah/daerah saat itu di Singosari). Sehingga daerah swatantra tersebut, yaitu daerah Sang Hyang Sarwadharma tidak lagi diwajibkan membayar bermacam-macam pajak, pungutan dan iuran.
Atas dasar fakta sejarah ini maka pelantikan Arya Wiraraja ditetapkan tanggal 31 Oktober 1269 M, dan peristiwa itu dijadikan rujukan yang sangat kuat untuk menetapkan Hari Jadi Kabupaten Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269 M, yang diperingati pada setiap tahun dengan berbagai macam peristiwa seni budaya, seperti prosesi Arya Wiraraja dan rekan seni Budaya Hari Jadi Kabupaten Sumenep.
1. Prasasti Mua Manurung dari Raja Wisnuwardhana berangkat tahun 1255 M.
2. Prasasti Kranggan (Sengguruh) dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1356 M.
3. Prasasti Pakis Wetan dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1267 M.
4. Prasasti Sarwadharma dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1269 M.
Sedangkan sumber naskah (manuskrip) yang digunakan untuk menelusuri lebih lanjut tokoh Arya Wiraraja, adalah manuskrip berikut :
1. Naskah Nagakertagama karya Rakawi Prapanca pada tahun 1365 M.
2. Naskah Peraraton di tulis ulang tahun 1631 M.
3. Kidung Harsa Wijaya.
4. Kidung Ranggalawe.
5. Kidung Pamancangan.
6. Kidung Panji Wijayakramah.
7. Kidung Sorandaka.
Dari sumber sejarah tersebut, maka sumber sejarah Prasasti Sarwadharma yang lengkapnya berangkat tahun 31 Oktober 1269 M, merupakan sejarah yang sangat signifikan dan jelas menyebutkan bahwa saat itu Raja Kertanegara telah menjadi Raja Singosari yang berdaulat penuh dan berhak mengangkat seorang Adipati.
Prasasti Sarwadharma dari Raja Kertanegara di Desa Penampihan lereng barat Gunung Wilis Kediri. Prasasti ini tidak lagi menyebut perkataan makamanggalya atau dibawah pengawasan. Artinya saat itu Raja Kertanegara telah berkuasa penuh, dan tidak lagi dibawah pengawasan ayahandanya Raja Wisnuwardhana telah meninggal tahun 1268 M.
Prasasti Sarwadharma berisi penetapan daerah menjadi daerah suatantra (berhak mengurus dirinya sendiri) dan lepas dari pengawasan wilayah thani bala (nama wilayah/daerah saat itu di Singosari). Sehingga daerah swatantra tersebut, yaitu daerah Sang Hyang Sarwadharma tidak lagi diwajibkan membayar bermacam-macam pajak, pungutan dan iuran.
Atas dasar fakta sejarah ini maka pelantikan Arya Wiraraja ditetapkan tanggal 31 Oktober 1269 M, dan peristiwa itu dijadikan rujukan yang sangat kuat untuk menetapkan Hari Jadi Kabupaten Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269 M, yang diperingati pada setiap tahun dengan berbagai macam peristiwa seni budaya, seperti prosesi Arya Wiraraja dan rekan seni Budaya Hari Jadi Kabupaten Sumenep.